Aku melihat nasibmu begitu sadis.
Aku mendengar suaramu begitu sakit.
Langkahmu telah dipatahkan atas ketertawaan mereka.
Jejakmu telah dihapus dengan suara angin kebusukan.
Dibalik aspalmu, kau selalu mengejarnya.
Dibalik aspal mereka, dia selalu menghancurkannya.
Dibawah langkahmu penuh duri ejekan.
Dibawah langkah mereka penuh tangga pujian.
Matamu mengeluarkan darah.
Telingamu mengeluarkan nanah.
Dibalik benderamu melihat kesedihan yang dibiarkan hampa.
Dibalik suara pemberontakanmu didengarkan seperti komedi.
Sekarang suara tak berarti.
Sekarang tenaga tak dibutuhkan lagi.
Hanya uang membuat mereka tertawa.
Hanya jabatan membuat mereka tidur nyenyak.
Tuan negaramu semakin lama mengikis otaknya.
Tuan hatimu sekarang diambil para kaum biadab.
Suara pemberontak dianggap sampah.
Jiwa pejuang tak lagi dipertahanka.
Anjing kau tikus got berdasi.
Perutmu penuh kebusukan jabatan.
Negaramu kau perjual belikan atas keserakahanmu.
Rakyatmu kau jadikan wayang sebagai dalang alur cerita jabatan.
Benderaku lambang keberanian nya dianggap perusak.
Benderaku lambang kesuciannya di injak-injak.
Merah tak segigih dulu.
Putih tak sesuci janjinya.
By. Ka Mic 11/09/20
0 Komentar