Pengetahuan
adalah kuasa untuk menaklukkan alam. Begitulah rumusan tentang ilmu pengetahuan
menurut Sir Francis Bacon, seorang filsuf yang memberikan bahan refleksi besar pada
perkembangan keilmuan modern terutama filsafat empirisme yang berkembang pesat
tidak lama setelah ia meninggal.
Dalam
perjalanan sejarah filsafat eropa, sistem keilmuan di abad pertengahan telah
menciptakan problematka besar terutama terhadap para pemikir yang menyadari
kebobrokan sistem tersebut. Aristoteles dan buah-buah pemikirannya telah mampu
mendominasi keilmuan abad pertengahan, selain karena untuk melegitimasi
kekuasaan dominasi gereja, aristotelianisme dianggap lebih mudah dipahami saat
dibenturkan dengan ajaran kekristenan gereja saat itu.
Bacon
merupakan salah satu platonic modern. Meski ia tergolong sebagai salah satu
filsuf renaisans, buah pemikirannya telah berhasil menancapkan pondasi awal
keilmuan empirisme modern yang terus berkembang bahkan sampai hari ini.
Induktivitas yang ia bangun dari sebuah konsep induksi dasar plato telah
berhasil setidaknya meruntuhkan logika dan sistem keilmuan tradisional.
Sekilas
tentang perjalanan hidup francis Bacon
Bacon
lahir di York House London, Inggris pada 22 Januari 1561 dengan nama asli
Francis Bacon, ayahnya merupakan seorang pejabat tinggi kerajaan bernama Lord
Nicholas Bacon. Karena latar belakang ayahnya tersebut yang kemudian
mengantarkan Bacon juga ikut serta dalam pergulatan politik Kerajaan Inggris
dibawah kuasa Ratu Elisabeth I.
Pada
usia 12 tahun Bacon bersekolah di Trinity College, Cambridge University.
Disinilah ia mulai mempelajari filsafat Plato dan Aristoteles yang kemudian menjadikannya
aradigm terhadap Aristoteles. Dia pernah diangkat sebagai salah satu staf
kedutaan besar Inggris di Perancis pada usia 15 tahun, lalu pada usia 23 tahun
ia diangkat menjadi anggota parlemen.
Pada
tahun 1580 Bacon mendapat kabar bahwa ayahnya meninggal, ia pun memutuskan kembali
ke inggris dan beralih profesi sebagai pengacara. Pada tahun 1586 Bacon diangkat
sebagai penasihat aradi, setelah 11 tahun kemudian Bacon dituduh oleh parlemen
menerima suap dan akhirnya dijebloskan ke penjara. Selama di dalam penjara
inilah Bacon mengembangkan pemikiriannya tentang filsafat. Setelah kurang lebih
5 tahun dipenjara, Bacon mendapat remisi untuk bebas.
Pada
tahun 1903 Ratu Elisabeth meningga dunia, tahta kekuasaan beralih kepada Raja
James I. pada pemerintahan James I inilah karir Bacon di pemerintahan
berkembang pesat, bahkan ia pernah menjabat sebagai ketua majelis tinggi di
pemerintahan saat itu. Berbagai gelar pun juga
telah ia dapatkan yaitu “Baron”, “Viscount St. Albans” dan “Sir”, yang
pada akhirnya menjadikan nama Bacon dijadikan sebagai salah satu tokoh penting
di buku sejarah kerajaan Inggris.
Bacon
meninggal pada 9 april 1626 di tanah kelahirannya London karena mengidap
penyakit yang begitu parah. Ia meninggalkan kenangan berupa beberapa karya
besar seperti the advancement of learning
(1606) dan novum organum (1620) yang
menjelaskan buah-buah pemikiran cemerlangnya.
Kepercayaan terhadap ilmu
pengetahuan
“Knowledge Is Power” merupakan formulasi dasar
dalam konsep filsafat Bacon, pengetahuan merupakan kuasa atas alam. Dengan
pengetahuan manusia dapat memperlihatkan kemampuan kodratinya dalam kehidupan
untuk menguasai alam, kuasa disini tidak dipahami sebagai kekuasaan semena-mena
untuk memanfaatkan alam, melainkan untuk menjawab problem kebutuhan manusia itu
sendiri.
Bacon
menganggap manusia merupakan pusat realita, bukan berarti menyampingkan Tuhan,
bahwa manusia menurut bacon mampu memecahkan segala problem kehidupannya
sendiri. Berbeda pada abad pertengahan yang memposisikan pengetahuan sebagai
abdi setia teologi,bacomn menentang krepercayaan tersebut.
Bacon
menempatkan alam sebagai objek dalam kehidupan, oleh karenanya bacon mengagumi
sebuah pendekatan ilmu pengetahua dengan menggunakan observasi yang bersifat
indrawi, melalui observasi indrawi inilah objek diuji kebenarannya. Sebuah
konsep cara pandang yang jelas berbeda dengan yang ada pada zaman abad
pertengahan, dimana keyakinan terhadap sesuatu tidak diuji atau hanya sekilas
dipahami dan diyakini.
Idola Dan Ideologi
permasalahan
yang timbul dalam konsep filsafatnya bacon adalah distingsi apa yang menyebabkan
bacon meyakini cara pandang tradisional abad pertengahan terbatasi? Jawaban
dari pertanyaan inilah yang kemudian menghasilkan sebuah konsep “Idola” sebagai
sebuah problematika dasar dalam cara pandang abad pertengahan.
Ideologi
tak jauh berbeda dari sebuah konsep cara pandang yang berpijak terhadap sesuatu
yang diyakini paling sesuai kebenarannya. Konsep aradigm diatas merupakan
sebuah konsep lanjutan yang berpondasi salah satunya kepada pemikiran Bacon
tentang “Idola”, sebuah konsep dasar yang diciptaka untuk mengkitik cara
pandang keilmuan tradisional abad pertengahan.
Idola
disini dipahami tidak hanya sebatas kekaguman terhadap sesuatu, melainkan apa
saja yang mengganggu kemajuan cara pandang dan ilmu pengetahuan. Sesuatu tersebut
jelas tampak dalam kemandegan perkembangan masyarakat abad pertengahan,
berbagai macam pembatasan seperti tradisi, mitos, dan keyakinan-keyakinan lain
yang tidak memerikan kebebasan dalam berfikir.
Idola
menuru bacon terbagi dalam 4 jenis, yang pertama yaitu idola tribus (bangsa),
adalah prasangka yang timbul secara kolektif akibat kejegan tatanan realita
yang ada. Seing kali idola ini menjadi mitos tradisi sebuah lingkungan budaya
social. Idola ini sering kali me yang kedua adalah idola cave (gua), adalah adalah prasangka-prasangka yang timbul akibat
penilaian yang bersifat subjektif, biasa dipengaruhi oleh watak, kepribadian
dan pengaruh-pengaruuh khusus dalam diri seseorang, yang ketiga yaitu idola for
a (pasar) merupakan perkataan yang diterima begitu saja sebagai suatu keyakinan
ataupun kebenaran tanpa mengujinya, yang keempat adalah idola theatra (teater),
yaitu kenyataan-kenyataan sistem pemikiran tradisional yang dianggap seperti
sebuah pentas dari kenyataan subjektif pemikir tersebut, seolah buah pemikiran
yang telah diciptakan akan diterima hanya pada satu masa dan kemudian akan
berakhir berganti dengan pemikiran yang baru.
Disini
Bacon berusaha melepaskan berbagai hal yang membelenggu pikiran manusia
tradisional khususnya abad pertengahan, Bacon menganggap pembelengguan tersebut
sebagai masalah yang menghambat kemajuan kehidupan manusia. Proyek Bacon dari
konsep idola ini tidak lain adalah objektivisme pengetahuan, bacon berusaha
meyakinkan bahwa pengetahuan diluar diri subjek sangat mungkin untuk didapat
secara maksimal.
Metode Induksi Dalam Filsafatnya
Bacon
Dalam
karya novum organum, Bacon
menjelaskan tentang sebuah metode yang dewasa ini disebut sebagai metode
“induksi”. Sebuah metode berfikir untuk menarik kesimpulan akhir yang
benar-benar bebas dari berbagai prasangka menyesatkan.
Dalam
pandangan orang-orang abad pertengahan, metode berfikir ini dianggap
menyeleweng dari aturan Gereja yang sangat mengkungkung pola piker mausia.
Prasangka, mitos dan berbagai bentuk hegemoni yang diciptakan oleh pihak gereja
menyebabkan keterbatasan pola piker manusia untuk memandang realita kehidupan
yang ada.
Induksi
adalah menarik kesimpulan yang bersifat umum dari data-data yang bersifat khusus.
Induksi yang dimaksud disini bukan sekedar penjumlahan maupun pensintesisan
belaka dari data-data yang bersifat khusus, melainkan untuk menyingkirkan
idola-idola yang menyesatkan. Menurut Bacon, dibutuhkan gerak bolak-balik
dengan memberikan contoh-contoh negative yang menentang kesimpulan yang
sebelumnya telah ditarik dari data-data khusus maupun gejala-gejala yang
diteliti. Proses ini harus dilakukan untuk menguji kesimpulan yang telah
didapat agar tidak lagi terdapat idola yang menyesatkan dalam sebuah kesimpulan
akhir yang besifat objektif.
Metode
ini setidaknya telah menjadi satu konsep dasar logika kritis yang tidak begitu
saja menarik kesmpilan secara tergesa-gesa. Seperti halnya dalam kehidupan
sehari-hari, anggapan umum bahwa “semua orang Indonesia berkulit sawo matang”,
kiranya perlu untuk diuji kembali dengan memberikan contoh negatif sebagai
penyangkal anggapan tersebut. Seperti terdapat fakta bahwa orang-orang di
Indonesia bagian timur memiliki kulit lebih hitam dan orang-orang dayak Kalimantan
memiliki kulit lebih terang. Fakta ini kemudian akan menimbulkan satu penarikan
kesimpulan baru bahwa “di Indonesia terdapat berbagai macam warna kulit manusia
mulai dari sawo matang, sawo mentah bahkan coklat pekat”. Tidak berhenti sampai
disitu, pengujian dengan memberikan contoh-contoh kontradiktif terus dilakukan
sampai menemukan satu kesimpulan akhir yang tak terbantahkan, objektif dan
bersifat umum.
Jadi disini bacon berusaha membuktikan bahwa pengetahuan objektif sangat bisa didapatkan dengan maksimal. Dengan menyingkirkan berbagai idola-idola yang membelenggu dan mengganggu manusia. Dalam pembahasan ini, selain sebagai sebuah kritikan terhadap paradigma berfikir abad pertengahan dan pembaharuan metode induksi klasik yang pernah dipopulerkan oleh Plato, bacon juga telah memberikan sebuah solusi tentang cara berfikir bebas yang sebelumnya di abad pertengahan tidak ditemui, bahkan konsep berfikir ini masih dipraktekkan sebagai salah satu aradigm dasar berfikir kritis, dengan cara menghilangkan yang oleh bacon disebut sebagai “idola”.
Oleh: Maulana A.A
(Wakil Ketua PMII Komisariat Tribakti 2020-2021
0 Komentar